Saham Jatuh, Minyak Merosot

Sabtu, 11 Oktober 2008 09:12

Harga minyak mentah merosot pada Jumat, ke posisi terendah dalam 1 tahun, di bawah US$80 per barel, menyentuh US$75 di London, di tengah jatuhnya pasar saham global yang memicu kekhawatiran permintaan energi, kata para pedagang.

Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa ancaman resesi dan krisis finansial yang sedang berlangsung akan menggerus permintaan minyak dan kemunduran investasi dalam lapangan minyak baru.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November jatuh ke posisi terendah US$75 -- yang terakhir dilihat pada 12 Oktober 2007 -- karena para pedagang merespon penurunan besar terbaru di pasar-pasar saham dunia.

Kontrak terakhir berada pada US$76,56 per barel, turun US$6,10 dari Kamis.

Pada Jumat, kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman November, jatuh ke posisi terendah 1 tahun US$78,61 per barel. Terakhir berada pada US$79,96, turun US$6,63 dari Kamis.

Penurunan tajam terjadi meski diberitakan OPEC akan menyelenggarakan pertemuan darurat bulan depan membicarakan dampak krisis pasar -- di tengah spekulasi bahwa kartel produsen minyak mentah itu akan mengurangi produksinya untuk mengamankan penerimaan minyak.

"Memburuknya prospek pertumbuhan dunia telah mendorong koreksi harga-harga komoditas," tulis analis Deutsche Bank dalam sebuah catatan risetnya kepada para nasabahnya.

"Memburuknya prospek PDB (produk domestik bruto) global dapat memicu penurunan harga minyak," kata dia, seraya menambahkan harga dapat turun hingga ke kisaran US$60 per barel.

Harga minyak mentah telah merosot hampir 60% sejak mencapai harga tertingginya di atas US$147 per barel pada 11 Juli.

Sementara, pasar saham global pada Jumat mengalami tekanan jual besar-besaran, karena krisis finansial yang sedang berlangsung tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang, kata para dealer.

"Harga minyak mentah turun terus karena kecemasan ketidakpastian prospek permintaan energi menjadi faktor dominan," kata analis dari Sucden, Nimit Khamar.

"Perdagangan di pasar dipenuhi kekhawatiran, yang telah mengalahkan faktor fundamental dari supply and demand," tambah dia.

Ke-12 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Kamis, mengumumkan bahwa pihaknya akan menyelenggarakan pertemuan darurat di Wina pada 18 November untuk membicarakan dampak krisis finansial internasional.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengatakan Jumat, pengurangan produksi minyak yang sedang dibicarakan negara-negara produsen akan 'melukai ekonomi dunia'.

"Saya khawatir, ketika mendengar negara-negara OPEC akan melakukan pertemuan untuk membahas pengurangan produksi, dengan kata lain membuat harga berpeluang naik," kata dia.

Pertemuan reguler kartel mendatang dijadwalkan 17 Desember di Oran, Aljazair.

Pada pertemuan pada 9-10 September, OPEC memutuskan untuk memangkas produksinya 520 ribu barel minyak per hari (bph) untuk mempertahankan harga di atas US$100 per barel. Harga telah jatuh secara dramatis.

Dalam laporan bulanan yang dipublikasikan Jumat, IEA yang berbasis di Paris menurunkan proyeksi permintaan di 13 negara OECD tahun ini sekitar 360 ribu barel per hari.

Secara keseluruhan permintaan dunia tahun ini akan mencapai 86,5 juta barel per hari -- turun 240 ribu barel dari estimasi sebelumnya, dan naik 0,5% dari tahun lalu.

Proyeksi permintaan dunia untuk tahun depan turun 440 ribu barel per hari menjadi 87,2 juta barel per hari, menunjukkan peningkatan tahunan 0,8%. (*/meg)

Sumber: www.Kapanlagi.com